Selasa, 17 Juni 2014

Keluh Kesah Calon Analis

Saya tidak ingat kapan tepatnya kita berkenalan, yang saya ingat saat itu adalah kakakmu berbicara, "mau kenalan sama adek gua ga? sama kok seumuran sama lu" dan saya pun langsung mengiyakannya. Ya memang kebetulan sekali saat itu kakakmu satu ekskul dengan saya di bola voli. Kemudian dia memberitahukan namanya bahkan tanpa rasa takut dia memberikan nomer hpmu kepada saya. Sebagai seorang laki-laki saya tergerak untuk memulai berhubungan dengan dia, tapi saya tidak berani untuk langsung sms atau nelpon dia. Saya hanya sekedar mencari informasinya dari Facebook dan meminta pertemanan darinya. Hari pertama belum dikonfirmasi, hari kedua juga sama, hari ketiga masih juga belum, saya mulai kehilangan semangat dengan wanita yang satu ini, kemudian di hari keempat ketika saya sudah tidak berharap tetapi pada tab pemberitahuan saya muncul namamu disitu. Wah beruntung sekali saya dikonfirmasi. Bermula dari itu, akhirnya kita saling berkomunikasi satu sama lain walaupun kadang hanya sebatas bertanya kabar. Sudahlah cukup segitu masa perkenalan saya dengan dirinya, karena itu bukan pokok bahasan saya dalam tulisan ini.
Saya tidak tahu lebih tepatnya tidak ingat tentang fisiknya dia karena sudah lama sekali tidak bertemu, dia sibuk dengan sekolahnya sedangkan saya sibuk dengan sekolah dan organisasi yang tidak jelas ini. Yang saya ingat dia memiliki senyum yang manis dan berwajah menarik. Singkat cerita sepertinya saya mulai menaruh rasa suka padanya dan saya sedikit berharap dapat memiliki hubungan yang serius dengannya. Hari demi hari berlalu, kami masih suka berkomunikasi walaupun sebatas sms-an, kemudia pada suatu hari saya melihat dia sedang berfoto dengan seorang lelaki dan hubungannya berubah menjadi "in relationship". Saya kaget, saya bingung, saya sedih. Saya sudah seperti anak humas yang sudah berbusa ngomong, mempresentasikan acara dan benefit bagi perusahaan dan perusahaan itu tiba-tiba bilang "maaf kita sedang memsponsori acara tempat lain juga." Nyeseknya itu sampai ke ubun-ubun. Semenjak kejadian itu saya mulai menjauh agar hubungan mu dengan sang pacar berjalan lancar, saya tidak ingin menjadi pengganggu buat hubungannya.
Pertengahan Juni 2014, kamu memulai chat dengan saya. Seperti biasa saya membalasnya dengan antusias. Secara tidak sengaja saya iseng bertanya sekarang dia sedang berhubungan dengan siapa dan dia menjawab lagi tidak sama siapa-siapa. Dalam hati saya senang karena dia sendiri bearti saya ada sedikit peluang, tapi tiba-tiba muncul sebuah perenungan batin saya:
Saya adalah seorang anak laki-laki yang mencoba hidup sendiri. Untuk sekedar uang makan saja sepertinya kurang, saya mencoba dengan berjualan makanan di kelas untuk menutupi kurangnya. Kalau saya berpacaran, bearti pengeluaran saya akan bertambah, setidaknya untuk uang pulsa. Kemudian saya memiliki rasa kurang percaya diri pada diri saya yang memiliki perawakan kecil, kurus, hitam, dan berkacamata. Saya berpikir mana ada wanita yang mau dengan laki-laki berperawakan seperti ini? Sedangkan dia cantik, tubuhnya proporsional, putih bersih, amat sangat berbeda dengan saya.
Saya tidak tahu apakah saya akan masih berpikir seperti ini atau tidak setiap mendekati seorang wanita, karena banyak wanita yang sudah dekat dengan saya tiba-tiba karena saya tidak percaya diri dengan tubuh saya dan keadaan uang saya kemudian saya menjauh.
Inilah keluh kesah saya mengenai hubungan dengan seorang wanita, entah akan sampai kapan ini terus berlanjut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar