Aku tidak meminta lebih atas jalan cinta yang Tuhan berikan untukku, telah cukup bagiku hanya memiliki bayangmu. Setiap malam ku selalu berkabut sunyi, tak pernah letih hati mengingat kembali kisahmu yang masih saja tergores dalam duniaku. Masih jelas saat binar matamu menghentikan detikku saat kebersamaan kita dulu. Aku sering sesak jika mengingatnya dalam pertanyaan tanpa pernah ada jawaban, kenapa aku belum bisa melupakanmu? (mungkin) saat ini kamu sudah melupakanku dan sudah dengan yang lain.
Hatiku yang bercermin seringkali frustasi memandang pantulan cermin yang terlihat kusam kacau karena cinta. Aku tidak akan pernah lupa tentang lengkungan senyum terindah yang dianugrahi Tuhan untukmu, aku tidak akan pernah lupa tentang nada lembut yang dihasilkan pita suaramu, dan aku tidak akan pernah lupa jika aku mencintaimi dengan ketulusan.
Kembali malam mengenangmu, setelah hampir 2 tahun aku mencoba menyimpan cerita ini dibalik buku kenangan, yang telah kututup serapat mungkin dengan sakit hati sebagai gemboknya. Tuhan mengijinkanku untuk kembali mengenangmu dan semoga kenangan ini tidak merusak kehidupanmu. Aku tidak pernah bisa memperjuangkan yang seharusnya inginku perjuangkan, karena aku tau perjuanganku belum tentu membuatmu bahagia. Demi namamu yang selalu terukir di hati, aku masih belajar melupakanmu, meski aku tidak bisa melupakanmu.
Seandainya, seandainya
Kita pernah duduk disini
Akan kubawa bangku ini ke surga
supaya kita bisa duduk berdampingan disana
Tapi hidup bukan cuma nulis rumus dan ulangan
Bukan cuma bermimpi jalan-jalan di taman (denganmu pastinya)
Engkau duduk di tempat lain, berjalan
Aku tak punya kursi,
berdiri memandangmu dari jauh (terasa jelas bayangmu)
Dengan mata terpesona dan hati berbinar
Sementara itu dunia bergolak
Denyut darahku tetap seperti dulu
Seperti tersentuh listrik kecil
Bergetar, bergetar-bergetar
setiap kali sempat memandangmu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar